So, last Saturday our youth service celebrated something.
If you remember what I once wrote, in 2015, here. Where my youth leaders and one of my pastoral decided to make another church and be separate with us. 3 years after, we're here, still survive, still alive, still breathing. All because of God's grace. That is why for the first time, we decided to celebrate it as special service at our youth community.
I, as you can say... the oldest there, shared some thoughts that's in my heart these 3 years. Too lazy to write all things again here, i'll just copy pasted from my note ya. HEHEHE.
Mungkin beberapa ada yang pernah datang dari 3 tahun lalu dan bertanya-tanya kenapa kok kita rayain YCSC yang ke3. Sedikit sejarah, 3 tahun ini dihitung dari momen YCSC rebirth. Siapa yang percaya kalau all things work together for good (Romans 8:28). 3 tahun lalu, ada momen dimana gereja kita kena goncangan lokal dan dari 70an jemaat dan pengerja youth, tersisa cuma gak lebih dari 20. Pengerja dari 30an jadi cuma 11 waktu itu.
Tapi disclaimer, hari ini kita ga akan bahas tentang luka di masa lalu, justru hari ini kita mau ngerayain penyertaan Tuhan yang super dahsyat dari momen itu sampai hari ini.
Waktu itu inget banget, dari 30an itu cuma tersisa 11 yang lucunya, semua ada porsinya masing-masing. Tim PPw ada orangnya, acara ada, pendoa ada, semua pilar penting di youth tetep ada orang-orang yang handle it. Ibarat Tuhan udah siapin siapa2 saja orangnya from the beginning.
Waktu natal 2015, inget banget. Dulu 11 orang ini, kita kayak anak bawang lah dulu di youth. Yang pindah semua tuh yang tanda kutip jago-jago, pinter. Kayak anak ayam ilang induk. Dr oktober ke desember, tentunya kita ga punya sumber daya buat adain acara natal. Ppw tiap minggu aja dibantu tim depmus sampe waktu itu ada wacana youthnya mau diubah jadi cool, alias ditutup bahasa alusnya.
Nah pas natal itu, lucunya ternyata baru dikabarin kalau udah pernah ada janji sebelumnya sama ketua youth yang dulu, kalau ada tim dari sydney yang akan melayani. Dan itu mereka take care semua, dari tim ppw sampe kotbah bahkan sampe CD yang awalnya mereka bawa buat dijual, pas sampe sini ketuanya kayak bilang, dia tergerak buat ngasih aja ke jemaat. Personally aku shock dan mewek liat Tuhan peduli banget sedetil itu sampe acara full di take care sama orang lain krn Tuhan tau saat itu kita belum capable dan Tuhan mau kasih tau, He cares.
Masa-masa itu kayak bener2 diajarin buat setia. Setia sama apa yang didepan mata, dikerjain aja sebisanya. 11 dari kita semua kerja rodi, aku sama nita lah ikutan jd singer, jd pendoa juga, semua kita rambah for the sake of youthnya jalan terus.
Kenapa?
Karna aku personally dan smua 11 temen yang lain udah ngerasain Tuhan banget selama di youth dan kita pengen youth tetep ada, buat anak2 muda senci yang haus ketemu Tuhan dan pengen punya komunitas. Meski waktu itu (dan sampe sekarang), harga yang dibayar banyak banget. Dari pergi pagi pulang tengah malem, diomelin ortu gara2 youth mulu (sampe akhirnya uda gak diomelin) wkwkw. Tapi belajar banget yang namanya setia.
Throwback sedikit..
Waktu oktober 2015 itu pas dikasih tau kalau ada pemisahan antara ps b dan sebut saja a. Sejujurnya itu kayak durian runtuh tepat di kepala, sakit bet. Karna semua inner circle aku memutuskan untuk pindah.
Aku bukan tipe audibel, tapi waktu itu kenceng banget di hati aku, cuma satu kata, pemurnian. Kamu melayani Tuhan karna apa? Temen? Motivasi apa? Cari hiburan? Apa? Cari pengakuan? Disitu aku tau, God asked me to stay. Meskipun berat banget, nangis kek orang patah hati. Tapi ngeliat sekarang, ngeliat YCSC, semua pengerja, jemaatnya, ngerasain Tuhan setiap minggunya di YCSC, bersyukur banget hari itu we chose to stay, we chose to fight for YCSC yang kabarnya bakal dibubarin waktu itu.
Yang aku pengen highlight-in adalah.. Belajar setia itu sulit. Banyak harga yang harus dibayar, tapi percayalah kalau penyertaan Tuhan selalu iya dan amin. Di balik segala sesuatunya yang terjadi, God makes all things beautiful. Pada masa sebelum 2015, aku cuma jadi adik2an, nyaman dengan status adik rohani yang diayomin. After itu, aku ‘terpaksa’ diajar untuk jadi dewasa, untuk jadi ‘kakak’, untuk jadi teladan. Jatuh bangun banyak, tapi dont ever give up. Miliki satu mindset, if you can use anything Lord, you can use me. Cuma punya hati yang, Tuhan mau ngapain, aku ikut. Tuhan mau kemana, aku ikut. Aku gak bisa sendirian, tapi aku tahu, sama Tuhan pasti bisa dan hasilnya.... i’ll be amazed.
and now here we are, 30ish pengerja and 60ish jemaat with total up to 100 sometimes. It was..... craaazy. Through it all, only by Grace.
0 comments:
Post a Comment