Salah seorang teman sempat mengutarakan pendapatnya mengenai sesuatu hal yang menurut saya, pasti akan terjadi. 'Gwe gak percaya perpisahan.. hanya musim yang berganti :) Jadi jangan terlalu galau, kalau gak ingin berpisah ya jangan ucapkan selamat tinggal..' Terdengar bijak? Tidak menurut saya.
Saya seorang yang, hm, melankolis enough untuk mengakui bahwa setiap pertemuan tercipta sepasang dengan perpisahan. Menurut saya, orang yang tidak percaya atau tidak mau percaya tentang perpisahan hanyalah orang yang tidak berani mengakui bahwa perpisahan itu ada, dan memang menyakitkan. Semakin mendeny, semakin terasa pedihnya berpisah. hah~
Ceritanya, saya sudah terlalu nyaman mungkin di kantor saya yang sekarang, pertemanan yang gila, lingkungan kerja yang kondusif dan dua diantara kami beberapa waktu lalu resign untuk alasan mereka masing-masing. Dan saya pun ternyata akan menyusul mereka untuk resign dan akhir bulan nanti pindah ke kantor baru, pertemanan yang baru, lingkungan yang baru. Bersama mereka tidak ada hari tanpa tawa, membayangkan perpisahan ada di depan mata, rasanya... sedih.
Belum lagi keputusan saya beberapa waktu lalu untuk sabbath dari pelayanan membuat saya merasa..... left behind dari pergaulan dan persaudaraan yang terjalin di komunitas itu sementara saya semakin berjarak dengan mereka. Ya, mungkin hanya perasaan saja. Tapi, sedikit banyak mempengaruhi pikiran dan hati.
Lalu semalam, out of nowhere tiba-tiba saya terlibat pembicaraan cukup dalam dengan seseorang dan saya sedikit curhat tentang apa yang terlintas di benak saya, tentang perpisahan dan rasa sendiri.
'People come and go, the one who cares will stay..'
'But, it's just depressing somehow when the circumstances try to convince you that there's no one who stays..'
'I stay, whenever you need me, you will find me..'
'Hidup kita masih muda, masih panjang untuk melihat dunia, kamu harus ngerti kadang kita harus berjuang untuk diri kita sendiri. Jangan takut melangkah kemanapun, jangan takut kehilangan siapapun. You are created to be great..' lanjutnya.
Saya tertegun sejenak, sedikit berkaca-kaca (blame on the pms syndrome). Sendiri itu memang tidak enak, meninggalkan zona aman memang tidak nyaman. Namun jika kamu bertahan hanya karena rasa takut untuk mencoba dunia luar, bukankah sayang untuk menghabiskan waktu hanya di kubangan yang sama. Pada satu waktu, memang kita akan merasa sendirian dan kesepian, tapi justru ketika kita berhasil melewati masa-masa itu dengan baik-baik saja, disanalah kita akan menyadari bahwa, we're growing stronger :")
Ah, dan satu lagi. Ketika kamu sedang merasa sendiri, kadang sebenarnya kamu tidak benar-benar sendiri. Ada sosok diluar sana yang ternyata diam-diam memperhatikan gerak-gerikmu, mendoakan bahwa kamu baik-baik saja dan dengan setia akan tetap ada disana saat kamu (akhirnya) mencari seseorang untuk melepas kepenatan (hati).
0 comments:
Post a Comment