Beberapa hari yang lalu saya sedang berkeliling mall untuk
menunggu dijemput, ketika sedang beranjak ke toilet, sesuatu menangkap
perhatian saya, seorang lelaki yang sudah lumayan berumur melintas di depan
saya. Bukan, bukan karena ia ganteng, bukan juga karena ia menggandeng wanita
cantik, tapi karena ia memakai kursi roda yang cukup canggih. Kursi roda yang
bisa dikendalikan otomatis dengan tangan, seperti layaknya bermain
mobil-mobilan dengan remote control.
Saya berusaha untuk tidak melihat pria itu terlalu lama,
agar tidak tertangkap olehnya saya sedang menatapnya. Kemudian saya teringat
ucapan seorang teman yang beberapa waktu sempat menggunakan tongkat karena otot
kakinya sempat robek. Bahkan ia sempat enggan memakai tongkat dan memaksa diri
untuk jalan seperti biasa hanya karena ia tidak suka dengan tatapan orang-orang
terhadapnya. Ia merasa risih setiap kali ia jalan menggunakan tongkat, orang
menatapnya seolah berkata kasihan padanya (ini katanya).
Kembali ke pria dengan kursi roda canggih itu, saya
menatapnya bukan karena kasihan, saya menatapnya, refleks karena saya melihat
kursi rodanya canggih. Dan setelah pria itu pergi, saya kemudian tertegun dan
merasa bersyukur saya masih memiliki kaki yang sempurna untuk berjalan
sendirian tanpa bantuan apapun.
Teringat teman saya yang risih dengan pandangan orang lain
kemudian saya berpikir… Lalu kenapa kalau orang lain melihat dengan tatapan
kasihan? Lalu kenapa kalau orang lain mempersilahkan seseorang yang menggunakan
tongkat atau kursi roda berjalan dahulu? Lalu kenapa? Kenapa harus risih?
Kenapa harus tersinggung?
Melarang mereka untuk menatap kita? Tentu itu melanggar hak
asasi manusia. Memaksakan diri sendiri untuk tidak menggunakan alat bantu jalan
padahal kita membutuhkannya? Jelas itu hanya merugikan diri sendiri.
Selagi menulis tentang ini, saya teringat seorang ibu paruh
baya yang selalu datang ke gereja dengan suaminya yang duduk di kursi roda, dan
anaknya yang….. kurang normal. *pernah saya ceritakan DISINI*. Anak si ibu itu,
ketika sedang kebaktian, tiba-tiba bertepuk tangan sendiri, tiba-tiba teriak
sendiri ketika yang lain sedang khusuk mendengarkan kotbah. Hampir semua mata
pernah memandang ke arah ibu ini, tatapan kasihan, sinis, merasa terganggu, dan
sedih, semua jenis tatapan itu pernah dilayangkan ke ibu ini. Tapi ibu ini
tetap cuek, dia selalu datang tiap minggu, duduk di barisan kursi paling depan,
membawa suaminya (yang sekarang sudah meninggal) dan anaknya untuk duduk di
sebelahnya, paling depan! Ia tidak peduli apa tatapan orang lain kepadanya.
Saya? Saya pernah menatap ibu ini dan anaknya dengan
pandangan iba, pernah juga dengan pandangan kaget karena tiba-tiba si anak
teriak dengan nyaring. Namun kemudian, pandangan saya berubah…. Saya bersyukur,
saya sempurna secara fisik. Saya bersyukur, punya keluarga normal. Tidak
berarti Tuhan tidak sayang dengan si ibu ini, tapi Tuhan sedang mengajarkan
kepada ratusan bahkan ribuan mata yang menatap ibu ini, untuk bersyukur.
Seperti film yang saya tonton beberapa hari lalu, Grace
Card, ada satu kutipan yang sangat saya setuju. “Jangan tanya
Tuhan kenapa mereka hadir dalam kehidupanmu, tapi lihat mengapa engkau hadir
dihidup mereka”
Yap, dan saya setuju. Bukan bagaimana tatapan orang lain
melihat kita yang berdampak untuk hidup kita. Tapi bagaimana kita yang
berdampak buat hidup orang lain. Bukan kita yang dibuat down karena tatapan
orang lain, karena pendapat orang lain, karena kritik orang lain, tapi orang
lain yang dibuat terheran-heran karena hidup kita, orang lain yang merasa
terberkati karena hidup kita.
Simpelnya, ketika kamu mungkin harus berjalan dengan
tongkat, mungkin rambut kamu botak karena kemoterapi, mungkin kamu jalan
sendirian di mall tanpa pacar, jangan biarkan kamu terintimidasi oleh tatapan
(yang menurut kamu berarti kasihan) dari orang lain. Tapi buat mereka
tercengang karena kamu berjalan dengan penuh rasa percaya diri. Buat mereka
yang melihat kamu, kagum dengan keceriaan kamu, buat mereka sadar bahwa mereka
harus lebih bersyukur ketika melihat kamu tidak sering mengeluh.
Bukan begitu?
*niatnya cuma mau nulis dikit aja, kenapa jadi panjang
begini*
(again, lagi nganggur di kantor)
4 comments:
Be grateful always! Jadi pengen nonton Grace Card, hehe..
Wah, penjelasan yg dalam :) thx for sharing :)
your most welcome :))
haha lucunyaaa post ini apalagi potonya :)
Post a Comment